Hatiku memendam kata-kata yang tak bisa terkatakan. Aku hanya menutup rapat laci keberadaannya. Menguncinya jauh di dalam palung hati yang tak terjamah. Lalu diam-diam aku dorong laci itu ke ambang ada dan tiada.
Untaian kata itu ganas. Menggelegak panas, menyayat kilat bahkan meradiasikan euforia semu. Sudah tak ada lagi bedanya dengan api dalam sekam yang hanya terlihat tenang dari luarnya saja.
Tolong!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar