"Oh ayolah. Kau Berkhayal Karin!"
"Aku tidak berkhayal
Mega! Ini sungguhan!"
"Ya, tentu saja. Maksudmu tadi malam kau membaca
dongeng 1001 malam lalu tiba-tiba kau terlempar ke dalam salah satu
kisahnya?"
"Tepat seperti itu." Karin melipat tangannya di dada.
Meninggikan dagunya persis di depan wajahku. Aku menggelengkan kepala.
"Hey anak kecil, itu hanya dongeng sebelum tidur yang
dikarang pada masa Sultan Harun Al Rasyid dari Abbasiyah."
Aku menatap Karin tak percaya. Usianya sudah tiga belas
tahun dan ia masih percaya kalau dongeng 1001 malam itu sungguhan? Adikku
memang aneh.
"Aku tak bercanda!" desis Karin marah."
"Tentu. Itu sangat nyata. Panggil aku jika kau bertemu
Alibaba oke?"
"Kau mengejekku." Dan Karinpun berlalu. Aku hanya
angkat bahu. Apa sih maunya? Pagi-pagi sudah aneh. Usiaku tujuh tahun ketika
sadar bahwa dongeng 1001 malam favorit sejuta umat itu hanya fiktif belaka. Di
tahun yang sama pula aku menyadari Santa Claus tidak benar-benar terbang
berkeliling dunia di malam natal, dan bukan pula Peri Gigi yang menukar Gigi
Susu kita yang tanggal di bawah bantal dan menggantinya dengan hadiah.
Coba pikir. Mana mungkin dongeng semacam itu nyata? Ditambah
kau bisa masuk ke dalam ceritanya. Anastasia Mega terlalu pintar untuk dicekoki
khayalan fantasi semacam itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar