Rabu, 31 Desember 2014

[OPINI] Paradigma Kesuksesan


            Anda anak muda yang selalu gelisah ingin membuka usaha, punya online shop atau brand product?
            Anda anak muda yang berambisi secepatnya menafkahi diri sendiri?
Anda ingin memiliki hak sepenuhnya atas pendapatan anda dan memiliki otoritas mengatur keuangan selayaknya pengusaha?
            Anda anak muda yang secepatnya ingin sukses semuda mungkin?
            Selamat! Andalah satu dari mereka yang memiliki semangat enterpreneur dalam dirinya. Seseorang yang memiliki semangat enterpreneur adalah mereka yang punya semangat untuk kreatif, inovatif, berani mengambil risiko, serta mampu mengubah ”sampah” menjadi ”emas”. MenurutAdam Smith, bapak ekonomi dunia, seseorang yang memiliki semangat enterpreneur berarti orang yang mampu bereaksi terhadap perubahan ekonomi, lalu menjadi agen ekonomi yang mengubah permintaan menjadi produksi.
            Di negara berkembang berpenduduk super padat seperti Indonesia, di mana geliat aktivitas ekonomi masih amat dinamis, semangat enterpreneur amat sangat dibutuhkan untuk memperbesar perputaran roda perekonomian nasional yang selama ini masih di dominasi asing. Pemerintah maupun lembaga yang peduli dengan kemaslahatan bangsa mencanangkan program enterpreneur muda di kalangan pelajar SMA dan Mahasiswa khususnya. Fasilitas pembinaan, pendanaan dan yang terpenting motivasi dan saran.
            Hari gini siapa sih anak muda yang nggak mau sukses?
            Yap, benar sekali. Kalau semua orang di penjuru dunia ditanya, mana ada yang tidak menginginkan kesuksesan? Sekarang cobalah diam sejenak dan renungkan makna kesuksesan hidup menurut anda pribadi?
            Apakah dalam bayangan anda yang terlintas adalah kemapaman hidup secara materi?
            Apakah yang terlintas dalam usaha dana anda selama ini adalah bagaimana caranya mendapat keuntungan sebanyak mungkin?
            Tidak, tidak ada salahnya memang. Namun, jadikanlah ini sebagai bahan renungan.
            Apakah kesuksesan yang engkau ingin capai itu hanya sebatas materi? Kalau tidak, apakah hati anda sudah bersepakat dengan logika ideal anda bahwa kesuksesan tidak hanya sebatas materi? Apakah keuntungan materi sudah bukan menjadi prioritas batin anda dalam ber enterpreneur? Apakah anda sudah menempatkan misi sosial di prioritas nomor satu dalam setiap kegiatan anda dan bukannya aspek kuantitas seperti profit, target peserta dan lain-lainnya?
            Ini bukanlah soal UHT, UTS, atau UAS. Apapun jawabannya tidak akan ada remidi. Tidak ada yang bisa menjawabnya dengan jujur bahkan mulut kita sendiri. Hanya hati nurani kitalah yang tahu jawaban sebenarnya. Tak masalah apapun jawabannya selama kita tetap berusaha. Life isn’t about finding yourself. Life is about creating your self.
Salam sukses!

            *Night talking with my Daddy

Selasa, 30 Desember 2014

Harya Suraminata: Komik Indonesia itu Realis dan Nasionalis

Harya Suraminata: Komik Indonesia itu Realis dan Nasionalis

Apakah anda pernah membaca komik?
Kalau iya komik apakah yang pernah anda baca?
Kebanyakan dari kita sekarang amat familiar dengan komik Jepang (manga), Korea (Manhwa), dan Amerika (Comics). Dunia perkomikan Indonesia dewasa ini dibanjiri dengan komik Jepang. Boleh dikatakan ‘dimonopoli’. Hal ini dapat ditilik dari jumlah komik Jepang yang terbit setiap minggunya di Indonesia.
Tetapi tahukah anda bahwa komik lokal (cerita bergambar Indonesia) pernah sama jayanya dengan komik Jepang di masa sekarang?
Sepintas melihat fenomena manga yang akhir-akhir ini semakin gila membanjiri bumi nusantara, diikuti masuknya komik Korea sebagai ‘saingan tunggal’ Manga saya tergelitik untuk sejenak ‘kembali ke masa lalu’ menilik jaman kejayaan komik lokal. Apa pula yang melatarbelakangi surutnya kejayaan komik lokal di blantika negeri sendiri?
Nasib baik, Rabu petang lalu  saya berkesempatan berdiskusi langsung dengan salah satu komikus dan seniman kenamaan Indonesia, Harya Suraminata yang akrab disapa Hasmi. Karyanya yang paling melegenda adalah Gundala Putra Petir yang di buatnya antara 1969-1982 dengan total 23 judul buku seri. Untuk sekadar bernostalgia dan memberi gambaran mari kita simak sejenak cuplikan komik Gundala Putra Petir berikut:
“Seorang peneliti jenius bernama Sancaka menemukan serum anti petir. Tenggelam dalam ambisinya sebagai seorang ilmuwan, dia melupakan hari ulang tahun Minarti, kekasihnya, yang berakibat putusnya hubungan mereka. Sancaka yang patah hati berlari dengan hati galau di tengah hujan deras. Tiba-tiba sebuah petir menyambarnya. Dalam keadaan koma ia ditarik oleh suatu kekuatan dari planet lain dan diangkat anak oleh raja Kerajaan Petir yang bergelar Kaisar Kronz, sekaligus diberkati kemampuan super yaitu bisa memancarkan geledek dari telapak tangannya. Raja Taifun dari kerajaan Bayu memberinya kekuatan lari secepat angin.
Sejak itulah, pada waktu-waktu tertentu, ia tampil sebagai jagoan penumpas kejahatan berpakaian hitam ketat dengan sepatu dan cawat berwarna merah. Wajahnya tertutup topeng, hanya tampak mata dan mulutnya, di sisi topengnya terdapat hiasan seperti sayap burung. Ia adalah kawan mereka yang lemah dan musuh bagi para pencoleng.”
Singkat cerita Ba’dha Maghrib saya meluncur ke rumah Pak Hasmi dengan menggunakan sepeda motor. Rumahnya berada di Jalan Magelang KM. 4,5 Karangwaru Lor.  Setelah beberapa saat hanya berputar-putar di jalan, akhirnya saya bertemu Anggi, teman sekaligus putri sulung Pak Hasmi. Bersama kami melewati beberapa gang kecil untuk mencapai rumah Pak Hasmi.
Suasana tenang dan akrab langsung menyambut begitu pintu di buka. Pak Hasmi dan Bu Mujiwati istrinya muncul dari balik pintu, ramah sapaan menyambut saya.
Ditemani segelas sirup cocopandan dan sepiring martabak hangat, diskusi berjalan santai diselingi canda dan tawa.
Gundala: Orisinal dan Lucu
Dunia seni rupa akrab digeluti Pak Hasmi sejak bersekoh di bangku SMP 1 Bopkri Yogyakarta. Motivasinya untuk dapat berpenghasilan mandiri membawa beliau serius menggeluti dunia cerita bergambar.
Karir menggambar komiknya di mulai tahun 1968. Komik pertamanya yang terbit adalah Merayapi Telapak Hitam yang bergenre silat.
Atas permintaan pasar, terbitlah sebuah komik dengan tokoh utama bernama Maza yang merupakan perwujudan dari Tarzan dan Hercules.
Pada tahun 1966 rasa kreativitasnya tergugah untuk membuat sebuah tokoh komik baru. Bukan karena keinginan pasar, tapi sesuai dengan kehendak dan imajinasi pribadinya.
Maka tahun 1969 terbitlah komik Gundala Putra Petir sebagai perwujudan kreativitasnya itu.
Gundala tokoh ciptaan Pak Hasmi ini mendapat respon positif dari pasar. Sedikit demi sedikit Gundala mulai memiliki fans fanatik.
Hingga saat ini fans fanatik Gundala masih sering dijumpai. Kebanyakan mereka berkumpul dalam suatu komunitas regional pecinta komik lokal dan superhero yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Jika ditanya apa alasan mereka menyukai Gundala alasannya cukup sederhana.
Orisinal dan Lucu.
Kesuksesan ini membawa Gundala naik ke dunia perfilman pada tahun 1982 dengan pemeran utama Teddy Purba.
Sempat muncul beberapa rumor bahwa Gundala akan di filmkan lagi hingga puncaknya pada tahun 2009 muncul suatu alamat website yang mengaku sebagai tim produksi film Gundala Putra Petir dan mengunggah naskah film serta proses produksinya.
Diyakini Pak Hasmi, itu hanyalah salah satu wujud kecintaan fans Gundala supaya Bumi Langit (pemegang hak cipta Gundala) lekas mem-filmkan Gundala.
Kabar baik bagi para penggemar sekaligus penikmat dunia hiburan lokal, pada tahun 2014 Gundala benar-benar akan difilmkan. Sebagaimana halnya dikonfirmasi oleh Pak Hasmi.
Mengapa Komik Lokal Susah Ditemukan?
Komik lokal berjaya di mulai sejak era R.A Kosasih (1953-1956). Industri komik lokal pada waktu itu berpusat di Bandung dan Jakarta. Memasuki tahun 1960 pusat komik lokal berpindah ke Medan dengan ciri khas kisah legenda dan cerita rakyatnya.
Barulah pada tahun 1969 komik dengan genre superhero bermunculan dipelopori Wid NS.
Banyak sekali komikus Indonesia bermunculan.
Jenis komik apapun laku keras pada saat itu.
Sayang masa keemasan ini tidak berlangsung lama. Dituturkan Pak Hasmi, pada tahun 1985 entah mengapa komikus dan penerbit mulai jarang menerbitkan buku. Sama halnya dengan Gundala yang ‘terpaksa’ dihentikan pembuatannya dengan menamatkan secara ‘paksa’ serial Gundala. Judul buku terakhir Gundala yang terbit berjudul Surat Dari Akherat.
Bertepatan dengan sepinya pergerakan komik lokal, komik Jepang mulai masuk ke Indonesia. Berbeda dengan komik Amerika yang lebih dulu masuk, komik Jepang mudah diterima karena bahasanya sudah di gubah ke bahasa Indonesia tidak dalam bahasa Jepang maupun Inggris.
Sejak saat itu dunia komik lokal tertidur pulas, masa jayanya digantikan dengan berkobarnya kejayaan komik Jepang.
“Salah satu alasan mengapa komik lokal susah bangkit dewasa ini, salah satunya adalah karena permintaan pasar yang minim dan tidak ada penerbit yang mau memfasilitasi anak muda untuk menerbitkan komik lokal.” Ungkap Pak Hasmi.
“Kalaupun ada peredarannyapun terbatas. Wajar kalau kalian susah mendapatkannya di toko buku sekarang.”

Ciri dan Identitas Komik Lokal
Lantas apa bedanya komi lokal dengan manga atau komik manca lainnya?
“Komik lokal itu bersifat realis dan sederhana. Maksudnya realis adalah dari segi penggambaran proporsi tubuhnya sesuai dengan manusia asli. Berbeda dengan manga yang tidak proporsional baik bentuk, ukuran maupun anatomi tubuhnya.”
Menurut Pak Hasmi, tidak semua komik yang di gambar oleh komikus Indonesia bisa disebut komik lokal.
Komik lokal adalah komik yang digambar dengan gaya lokal kita sendiri sedangkan komik yang di gambar dengan gaya manga atau comics meskipun ditulis dan digambar oleh orang Indonesia tetap disebut komik manca karena kiblatnya yang berasal dari luar itu sendiri.
“Semoga suatu saat nanti muncul tokoh Indonesia yang bisa mengembangkan gaya menggambar yang khas dan mendunia, menghidupkan lagi dunia perkomikan kita dan menjadikannya sebagai kiblat dunia komik lokal yang tidak kalah bagus dengan komik manca.” Harap Pak Hasmi.



Senin, 29 Desember 2014

Neng si Pengikut Senyum

PROLOG
Kalau kau berkunjung ke desa Papungan, ada seorang anak yang ingin kuperkenalkan padamu. Umurnya kira-kira lima tahun. Dia memiliki tahi lalat di pipi kiri, berambut ikal sebahu. Kemanapun kaki mungilnya melangkah, dompet kupu-kupu berwarna oranye selalu menggantung di lehernya. Jika kau bertemu anak dengan dengan ciri-ciri demikian, maka kau sudah bertemu denga anak yang kumaksud.
Kau masih ragu kalau anak itu yang ingin kuperkenalkan? Baiklah, coba kau sapa dia dengan seulas senyum. Lalu lihat apa reaksinya. Kujamin dia kini sedang membalas senyummu. Dua kali lebih lebar. Aku benarkan? Dialah Neng si pengikut senyum. Kau penasaran bagaimana mulanya julukan itu bisa melekat pada Neng?

Begini ceritanya…

Sabtu, 27 Desember 2014

KISAH 1

Jam menunjukkan pukul 08.00 tepat pada hari Minggu ketika kami sekeluarga berkumpul di meja makan. Ayah, Ibu, Karin, aku, dan kedua kakak kembarku, Gilang dan Galih. Gilang lima menit lebih tua dari Galih.
Aku menyendokkan nasi dengan lahap. Sup asparagus saus jagung, oseng-oseng jamur kancing, sweet potato dan jus jeruk. Tak ada menu yang lebih enak dari menu bikinan Ibu!
“Jadi apa rencana kalian di Minggu yang cerah ini anak-anak?” Ayah memulai percakapan. Kacamatanya yang longgar turun sepersekian senti ketika dia menolehkan kepala ke arah Gilang.
Gilang hanya mengedikkan bahu. “Well, aku mau mengumpulkan bahan untuk penelitianku.”
“Emang penelitian aneh apalagi yang kau lakukan Lang?”
Gilang, kakakku yang satu ini memang hobi berkecimpung di dunia yang –menurutku- membosakan! Karya Ilmiah Remaja, Olimpiade Fisika dan Matematika. Hobinya adalah bermain catur, scrabble, dan mahjong. Game kesukaannya adalah minesweeper. Olahraga menurut Gilang bukanlah kegiatan yang mengasah otot motorik seperti jogging, sepakbola, basket, atau renang. Olahraga menurut Gilang adalah kegiatan mengasah otak. Semacam ngerjain latihan soal matematikanya Sukino –manusia yang konsisten membuat soal matematika paling sulit di jagad pelajar SMA-, tes logika, mengisi TTS, dan sudoku.
Kiprah akademis Gilang selalu membanggakan. Nggak diragukan lagi, dialah calon profesor of Arts masa depan. Namun, dalam hal berbau seni dan olah fisik, Gilang nggak ada bedanya kayak balita yang baru belajar jalan. Aku yang gitaris band dan Galih yang dancerpun pun tak mampu membantunya.
"Hmm sesuatu yang berkaitan dengan percepatan penguraian sampah non-organik."
"Bagaimana denganmu Galih?" Ayah tampaknya puas dan mengalihkam pertanyaan ke Galih. Kembaran Gilang yang beda jauh bumi dan langit.
Galih adalah kapten cheerleader di sekolahnya. Galih dan teman satu cheernya sudah banyak memenangkan berbagai kompetisi regional. Selain itu dia juga banyak menjuarai lomba tari tradisional maupun modern. Galih suka banget shopping dan rutin ke salon paling tidak satu minggu sekali. Selain itu dia adalah orang nomor satu pecinta kafe di rumah ini. Belajar adalah kegiatan yang paling membosankan baginya. Dalam hal ini kami berdua sama.
"Aku nggak kemana-mana hari ini. Hanya saja nanti malam Sean, Citra, dan aku akan merancang kostum cheer yang baru untuk perlombaan bulan depan."
"Kenapa tidak pagi ini sayang?" Ibu menimpali. Ibu memang nggak pernah suka anak-anak gadisnya pergi di malam hari.
"Nggak bisa Bu. Mereka sibuk seharian ini, sedangkan besok kami mulai fokus latihan koreo." Galih memberi alasan.
Dia bohong! Aku tahu itu. Subuh tadi ketika aku ke kamar Galih untuk meminjam rukuh kudapati sebuah kertas hijau berbordir lucu di atas meja belajarnya. Undangan pesta pukul tujuh malam ini.
Galih pasti datang ke pesta itu. Ia tahu Ibu nggak bakal memperbolehkannya datang ke pesta semacam itu. Makanya dia berbohong. Lagipula yang mengundang adalah Joe Tavits. Cowok indo yang ditaksir Galih.  Kakak kelasku di Sonata School of Music. Cakep sih, tapi angkuh. Apa sih yag disukai Galih dari cowok satu itu?
"Bagaimana dengamu Meg?"
"Om Seno mengajakku melihat koleksi gitar di galerinya."
"Dasar anak band." cibir Karin.
"Biarin. Daripada kau, pengkhayal!"
"Aku penulis, bukan pengkhayal!"
"Kau pengkhayal yang bermimpi jadi penuliss" Aku menyeringai. Menantangnya berdebat. Karin mendelik sebal. Dia paling benci dikatai pengkhayal.
"Aku penulis. Penulis yang menuliskan khayalannya!" dia sudah siap memborbardirku dengan sejuta pertanyaan ketika Galih berseru,
"Sudah deh, apa bedanya sih?" memotong pertikaian.
"Tentu saja beda!"Karin berteriak marah. Berlalu meninggalkan meja makan. Bahkan seruan Ibupun tak digubris.
"Kenapa sih dia?" Gilang heran melihat adik bungsunya yang tidak biasa. "Hari ini tensinya tinggi banget."
"Gara-gara Alibaba."
"Apa?"
"Lupakan."
Diantara kami berempat, selain bungsu dia juga agak introvert. Dari dulu ia paling suka menyendiri membaca buku. Ketika aku, Gilang dan Galih bermain kejar-kejaran -biasanya Gilang selalu kalah- dia haya duduk sambil mengamati kami. Sesekali mencatat di notebook yang selalu di gantungkannya di leher.
Karin dengan khayalan liarnya mungkin saja menjadi penulis terkenal suatu hari nanti. Atau malah gila karena khayalannya yang terlalu liar. Aku harap nggak. Siapa sih yang mau adiknya sengsara?

Jumat, 26 Desember 2014

PROLOGUE

"Oh ayolah. Kau Berkhayal Karin!"
"Aku tidak berkhayal  Mega! Ini sungguhan!"
"Ya, tentu saja. Maksudmu tadi malam kau membaca dongeng 1001 malam lalu tiba-tiba kau terlempar ke dalam salah satu kisahnya?"
"Tepat seperti itu." Karin melipat tangannya di dada. Meninggikan dagunya persis di depan wajahku. Aku menggelengkan kepala.
"Hey anak kecil, itu hanya dongeng sebelum tidur yang dikarang pada masa Sultan Harun Al Rasyid dari Abbasiyah."
Aku menatap Karin tak percaya. Usianya sudah tiga belas tahun dan ia masih percaya kalau dongeng 1001 malam itu sungguhan? Adikku memang aneh.
"Aku tak bercanda!" desis Karin marah."
"Tentu. Itu sangat nyata. Panggil aku jika kau bertemu Alibaba oke?"
"Kau mengejekku." Dan Karinpun berlalu. Aku hanya angkat bahu. Apa sih maunya? Pagi-pagi sudah aneh. Usiaku tujuh tahun ketika sadar bahwa dongeng 1001 malam favorit sejuta umat itu hanya fiktif belaka. Di tahun yang sama pula aku menyadari Santa Claus tidak benar-benar terbang berkeliling dunia di malam natal, dan bukan pula Peri Gigi yang menukar Gigi Susu kita yang tanggal di bawah bantal dan menggantinya dengan hadiah.

Coba pikir. Mana mungkin dongeng semacam itu nyata? Ditambah kau bisa masuk ke dalam ceritanya. Anastasia Mega terlalu pintar untuk dicekoki khayalan fantasi semacam itu.

Kamis, 25 Desember 2014

Quotes From Movie #2: (?)

Manusia tidak hidup sendirian di dunia ini
Tapi di jalan setapaknya masing-masing

Tiap manusia berjalan sendirian
Berjalan..
Berlari..
da sesekali berhenti

Semua jalan setapak itu berbeda-beda
Namun menuju ke arah yang sama
Mencari hal yang sama dengan tujuan yang sama

Hingga semakin dekat ke tujuan manusia semakin menyadari

Bahwa di sepanjang jalan setapak yang sudah di lewati
Ia takkan pernah benar-benar sendiri

Manusia selalu bersama apa yang ia cari..
Bersama tujuannya
yaitu
Tuhan...

Mati Sekejap

Tidak ada kekecewaan
apabila kita tidak berharap
Tidak akan ada harapan
apabila kita tidak bertindak
Tidak akan ada tindakan
bila tak ada kehendak

dan tida akan ada kehendak pada manusia yang mati

Manusia hidup.
Berkehendak.
Bertindak.
Berharap.
Lalu kecewa.

Setelah melewati hidup, memperjuangkan niat, melawan malas, berharap, lalu dikecewakan berulang kali.
Aku ingin mati walau hanya sekejap.
Menghentikan imaji perasaan yang tak nyata.
Prasangka yang direka-reka hati di bawah kendali perasaan yang memaksakan untuk jadi nyata. Fatamorgana yang tak untuk jadi nyata ini perlahan membunuh
batas antara yag nyata dan tidak.
Menyiksa antara damba dan kemustahilan.

Aku ingin mati walau hanya sekejap...

Kepada Kamu (Bukan Dia)

Setiap surat memiliki bagian pembukanya. Tak peduli apakah itu surat resmi maupun tidak resmi.
Maka maafkan aku tak menuliskan bagian pembuka pada surat yang kutulis untukmu ini. Tidak menuliskan 'hai' 'selamat malam' atau menanyakan kabarmu terlebih dahulu. Sungguh maafkan aku.
Bagiku bagian pembuka itu sudah ada pada awal cerita tentang kita dan berhenti tepat di kata terakhir di paragraf pembuka.

Kau pergi. Tanpa kata dan cerita lebih lanjut. Menyentuhku sedikit di permukaan tanpa sempat menelisik lagi. Tak memberiku waktu untuk coba menutup akhir cerita tentang kita. Menggantung layaknya berat mega mendung cummulonimbus yang menunggu tercurah ke bumi.

Masih teringat jelas kata-kata terakhir yang kau tulis di bagian pembuka sekaligus penutup suratmu.
..........Selamat tinggal

21 Hariku yang Pertama

Ketika engkau memiliki harapan
Sekecil apapun itu
Tuhan mengijinkan semesta bergerak
Mengikuti harapan dalam hati kita
Sekecil apapun harapan itu
Baik yang terkatakan maupun yang tersimpan jauh di dalam lubuk hati

21 Hariku yang pertama
di kirimkan Tuhan lewat tangan-tangan yang tidak terduga akan kudapatkan
teruntuk Para malaikat pemberi angkreman
Maaf atas keterlambatan ngangkremi selama dua hari ini :)


(Tulisan selanjutnya adalah intermezzo nggak mutu, hehe)


Apa namanya?
#PitikAngkrem
Orang yang sedang melakukan #PitikAngkrem?
#MitikAngkrem
Nama tulisan yang di #MitikAngkrem?
#Angkreman
Sebutan buat orang yang nulis #Angkreman?
....................................
................................
..........................
....................
..............
.......

....
..

.

PITIK (?)
._.

More info about #PitikAngkrem:
Siapa tau kamu tertarik


padakacarma.tumblr.com/post/105871342843/tugas-calon-kaca-25

#Pra-1

Senin, 15 Desember 2014

Nggak Tau Mau Ngomong Apa #Throwback #Tahunkapangitu #Jamanpait

Yeah, daku  bingung...
Terlalu banyak yang terjadi dalam lima hari ini.

Pertama-tama daku cuma mau bilang nggak banyak yang bisa daku  ungkap secara gamblang di sini. Karena satu dan lain sebab beberapa hal tidak bisa dijelaskan secara jelas kayak hitam di atas putih atau putih di atas hitam. Yang ada hanya abu-abu di atas abu-abu. *oke, ini nggak jelas banget*

Semua berawal dari SHOCKING SATURDAY kemaren. Bagaimana suasana bisa berubah secara cepat silih berganti antara euforia kegembiraan dan ketegangan. Bagaimana (untuk kesekian kalinya) daku merasa waktu sehari 24 jam itu rasanya kurang banget.

Lima hari ini banyak banget yang udah daku dapatkan tapi seperti kata seseorang, ini baru awal dari pelayaran berbilang tahun daku di tempat ini. 
Laut yang penuh terpaan ombak, angin yang tidak bersahabat, bintang-bintang yang kadang memberi petunjuk dan kadang hilang sama sekali di antara kebingungan.
Luckily, I'm not alone. There's a lot of my (super solid) family. Yeah, a great family.
Yang senasib sepenanggungan berjuang naik bareng daku...
Yang membimbing, menjadi kakak sekaligus sahabat buat daku dan temen-temen...
Yang membuat dakudan temen-temen nyaman seperti pulang ke rumah sendiri..
Yang tegas dan menekankan pada kami betapa pentingnya aturan, prinsip, kepedulian, dan rasa kesatuan ..
Yang memastikan kami tepat waktu dan mengikuti jadwal dengan baik...

Dengan gaya mereka sendiri, mereka semua peduli sama kami yang baru merangkak naik.

Dan hari-hari setelah SHOCKING SATURDAY ternyata bener-bener penuh dinamika

Keterhubungan yang Tidak Kasat Mata

Saya percaya kalau setiap lagu punya cerita seperti saya percaya setiap cerita punya lagu.
Saya percaya setiap pertemuan -sesederhana apapun- adalah takdir.

Setiap orang yang saya jumpai di perjalanan ke toko buku,
setiap kendaraan yang melintasi perempatan,
setiap orang yang duduk dan berdiri di angkutan kota sepulang saya dari sekolah,
bahkan setiap helai daun yang gugur di muka bumi,
Saya percaya semua adalah takdir.

Ada semacam keterikatan,  yang entah bagaimana bisa menghubungkan hal-hal sederhana di dunia yang kelihatannya sepele menjadi satu rangkaian utuh yang saling mempengaruhi. Hubungan yang terlihat sepele banget, yang rumit, dan terlalu sulit untuk dihubungkan satu demi satu oleh manusia.

Seperti kepak sayap kupu-kupu cantik di belantara Brazil  entah bagaimana bisa menghasilkan badai tornado di Texas beberapa bulan kemudian.
Hanya sedikit tindakan di satu momen dapat mengubah secara drastis kejadian di masa yang akan datang.
Disadari atau tidak.

Seperti pertemuan antara kita berdua.

Nggak semua pertemuan itu manis, nggak semua pertemuan itu pahit, dan pertemuan kita mungkin ada di antara keduanya.

#Cieee
#Kamu
iya, kamu :3
#Siapalagi?



#REPORTASEILoveZoo

FEATURES
Lengang di Tengah Keramaian 

ARBORETUM GEMBIRA LOKA ZOO

Arboretum Gembira Loka Zoo merupakan satu dari dua arboretum yang ada di Yogyakarta selain Arboretum Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Terletak di areal Gembira Loka Zoo yang beralamat di Jl. Kebun Raya No. 2 Yogyakarta. Apa itu arboretum? Apa yang istimewa dari arboretum milik satu-satunya kebun binatang di Yogyakarta ini?

 Dalam bahasa latin, Arboretum berasal dari kata arbor yang berarti pohon, dan retum yang berarti tempat. Sedangkan menurut KBBI arboretum diartikan sebagai  tempat berbagai pohon ditanam dan dikembangbiakkan untuk tujuan penelitian atau pendidikan.

Arboretum Gembira Loka Zoo terletak di zona A sebelah selatan Museum Flora dan Fauna, 50 meter dari areal pintu masuk. Berbeda dengan spot-spot yang lain, Arboretum ini nyaris selalu sepi pengunjung. Letaknya memang sedikit ‘menyimpang’ dari Jalan Utama rute keliling pada map yang dibagikan ke pengunjung. Seperti halnya pada hari Minggu, 14 Desember 2014. Suasana di arboretum yang lengang amat kontras dengan kerumunan pengunjung yang memadati Gembira Loka Zoo. Adalah Pak Sutar dan Pak Yusadiansah, staf yang hari itu siap sedia memberikan tour guiding gratis bagi pengunjung yang ‘nyasar’ ke areal Arboretum. Membagi kearifan wawasan lingkungan dan teknologi flora fauna.

Tidak hanya rimbunan beraneka ragam jenis flora, terdapat pula silvikultur, rumah kaca, pembuatan kompos, akuakultur, pemijahan dan pemberokan ikan, budidaya ayam petelur, domba, dan sapi, hingga budidaya tikus putih (mencit).
“Semua yang dibudidayakan di Arboretum akan digunakan untuk kepentingan Gembira Loka Zoo sendiri.” terang Pak Yusadiansah memulai tour guidingnya pada penulis pagi itu.

Silvikultur dan RumahKaca
Dua rumah kaca langsung menyambut begitu memasuki areal Arboretum. Silvikultur merupakan tempat pembibitan tanaman. Berbagai bibit pepohonan dibiakkan di sini. Untuk kalangan pelajar atau instansi dimungkinkan pula belajar menanam di Gembira Loka yang bibitnya akan di sediakan dari Silvikultur.  Selain itu berbagai tanaman di budidayakan di dalam rumah kaca. Salah satu yang paling menonjol adalah tanaman gelombang cinta yang ditata di dalam pot-pot besar.

Akuakultur; Pemijahan, Pemberokan dan Pemeliharaan Ikan di Lahan Terbatas
            Blok-blok kolam kecil tempat pemijahan (masa pertumbuhan ikan, jantan dan betina dipisah hingga siap kawin) dan pemberokan (penyatuan jantan dan betina) di sini di desain untuk pembudidayaan di lahan terbatas. Tidak perlu empang, tidak perlu supply air sungai, cukup memanfaatkan air sumur/PDAM pun bisa. Prinsip penyaringan airnyapun persis seperti akuarium.

Mini Peternakan
Selain Silvikultur, Rumah Kaca, dan Akuakultur, Arboretum Gembira Loka Zoo juga memiliki mini peternakan ayam petelur, kambing, dan sapi. Masing-masing dilengkapi kandang ideal bagi hewan ternaknya. Sebagai contoh kandang kambing yang dirancang mudah untuk dibersihkan setiap hari serta langsung dapat memisahkan kotoran cair dan padat si kambing.
Selain untuk memenuhi kebutuhan makan reptil dan hewan karnivora Gembira Loka Zoo, hewan-hewan peternakan inipun dijual apabila terjadi over populasi.

Komposter
            Sekitar 20 meter ke selatan dari pintu masuk arboretum, terdapat banyak tong-tong komposter untuk menghasilkan pupuk padat, cair, maupun keduanya. Komposter yang ada semuanya merupakan contoh komposter yang ideal agar proses meng-kompos bisa maksimal.Bahan kompos sendiri di dapat dari sampah organik berupa dedaunan yang tiap hari di sapu oleh staf  kebersihan serta kotoran Gajah, Rusa, dan Unta koleksi Gembira Loka Zoo. Pupuk nantinya akan digunakan untuk flora di seluruh areal kebun binatang ini.
Selain itu ada satu hal yang tidak kalah menarik dari Arboretum Gembira Loka Zoo ini yaitu

Peternakan Tikus Mencit!
Di dalam sebuah rumah terdapat seratus lebih kotak plastik berukuran 30x30 cm yang di tata di rak-rak kayu. Setiap kotak diisi oleh satu tikus jantan dan lima tikus betina dewasa. Tikus betina secara bergiliran kawin dan kemudian melahirkan anak-anak mencit. Sekali melahirkan, sedikitnya ada sepuluh ekor anak mencit yang masih berwarna pink tanpa bulu akan hadir di dunia.
Anakan tikus inilah yang setiap dua sampai tiga hari sekali diambil oleh Pak Yusa sekitar pukul 10.20 sebelum feeding time, untuk memberi makan ular kecil, dan salamander Gembira Loka Zoo.

Nyaris tak dilirik padahal amat banyak hal-hal menarik yang dapat ditemukan di dalam Arboretum ini selain fungsinya sebagai paru-paru di Kota Yogyakarta. Sebagian pengunjung bahkan tidak aware dengan keberadaannya.
Seperti halnya Riski (9 th), Adit (12 th), dan Bimo (13 th) yang hari itu iseng bermain ke Gembira Loka Zoo untuk berekreasi.
“Arboretum itu apa Mbak?” tanya Adit kepada penulis ketika ditanya apakah mereka mampir ke Arboretum atau tidak.

Tertarik ke Arboretum?