Jiwanya sudah hancur. Keping-keping jiwa itu terserak tajam
melukai sendi-sendi hidupnya tanpa terkecuali. Bagai duri yang menancap, awalnya
terasa sakit. Tak terperi sampai ia rasanya ingin mati saja. Bertahun luka itu memaksanya
meraung dan menjerit. Menghiba seseorang untuk mencabut keping-duri,
menyembuhkan sakit dan menutup luka-luka itu. Siang dan malam tiada pernah
terputus hingga suaranya hilang ditelan angin. Luka itu masih menganga. Begitu
lama hingga ia tak lagi merasakan sakitnya. Mati rasa.
Semarak pesta tidak lagi menimbulkan gelak tawa dan
kebahagiaan. Pun begitu medan perang laksana panggung opera yang membisu
baginya. Dunia berputar lambat dalam bingkai hitam dan putih. Tanpa warna dan
emosi.
Jiwanya mati. Mati dan membusuk bersama jasad Cersei. Calon
Permaisurinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar