Senin, 30 Desember 2013

Ketika Kita Tidak Saling Bicara, Bahasa Tubuhmu dan Isyaratku Berbicara

Kamu tahu aku tidak dengan mudah mengizinkan seseorang singgah di sebahagian diriku.
Kamu tahu betapa mudahnya menarik perhatianku untuk sesaat dan sulitnya membuatku tetap bertahan di sana.
Dan kamu tahu bagaimana aku ketika seseorang kuizinkan singgah di sebahagian hatiku.
Ketika seseorang membuatku tetap mempertahankan imaji perasaanku tertinggal padanya.


Aku tahu bagaimana kamu serius ketika suatu hubungan mengikatmu.
Aku tahu bahwa kasihmu tidak akan pernah pudar kecuali terkhianati.
Dan aku tahu ketika kau berkomitmen tidak ada yang dapat menggoyahkanmu sejengkalpun.
Kasihmu kuat, tegas, dan hangat.

Kamu tahu aku membuka hatiku untukmu sebagaimana aku tahu kamu berkomitmen mengasihiku.
Sejak awal pertemuan
Sejak awal hubungan ini berjalan
Tidak ada interaksi di dunia maya,
Tidak ada pesan singkat penanya kabar,
atau telepon manis di tengah dinginnya malam
Sadarkah kamu?
Baik aku dan kamu tidak saling menyimpan nomor seluler satu sama lain.
Hanya pemberitahuan manis 'You follow at each other' yang aku dan kamu sepakati untuk dicantumkan bersama di media bluebird kita. Padahal aku tahu sebagaimana kamu tahu, kita sama-sama penggila sosial media. Kamu dengan si bluebird, dan aku dengan diary elektronik.

Interaksi antara kita berjalan begitu alami tidak dipaksakan.
Bertemu lalu berbicara, kadang hanya sapa sambil lalu ketika kita berselisih jalan di lorong SMA yang luas.
Kadang hanya tatapan di kejauhan ketika kamu bersama temanmu dan aku dengan temanku.
Kadang hanya pembicaraan berdua yang kita sepakati bersama. Berkompromi dengan waktu di antara kesibukan eventku dan padatnya studimu.

Mereka bilang hubungan ini tidak lazim dijalani.
Kamu hanya tesenyum, aku angkat bahu.
Bukankah sebuah hubungan memang tidak seharusnya diumbar ke seantero dunia.
Tidak semestinya pamer kemesraan dan kata-kata sayang secara terbuka.
Karena semua hanya sementara.
Kecuali komitmen yang kita simpan berdua. Kontak yang dibangun dengan kepercayaan dan bukan teror kekhawatiran berlabel komunikasi terbuka, di sosial media apalagi.
Cukup kasih yang kita bicarakan bersama dan perhatian manis yang jelas hanya untukku dan untukmu bukannya proklamasi kemesraan kepada dunia.
Cukup seperti ini. Agar semuanya jelas di antara kita.



My bestie's and her unrational relationship


#SUMO1: Desember Selalu Mengingatkan Aku Padamu dan Jarak Antara Kita

"And I go back to December all the time.
It turns out freedom ain't nothing but missing you.
Wishing I'd realized what I had when you were mine.
I'd go back to December, turn around and make it all right.
I go back to December all the time."


Taylor Swift-Back to December

Bukankah penyesalan selalu datang belakangan?
Seperti halnya aku yang menyesal atas kepergianmu...

Add caption


"Apa keinginanmu?"
Hari itu tepat 31 Desember menjelang tahun 2012. Kita berdiri tengadah menatap langit di balkon flat 3 lantai di tengah kota. Merekam langit terakhir 2011 di dalam ingatan masing-masing. Langit yang gelap di selingi taburan bintang sesaat sebelum count down tahun baru di mulai dan langit di penuhi berjuta kembang api.

Percakapan terakhirku denganmu di tahun itu dan tahun-tahun setelahnya.
Aku masih ingat setiap detil percakapan kita malam itu.Gerak-gerikmu. Hoodie kuning cerah kesukaanmu. Sneaker putih susu dan headset abu-abu yang kau biarkan bisu menempel di telingamu.
Aku masih ingat senyum lebar dan matamu yang bersinar laksana kejora.
Tahun ini seperti Desember tahun lalu, lagu Back to December (Taylor Swift) selalu kuputar berulangkali tanpa jenuh kapan dan dimanapun. Menjadi soundtrack di bulan Desember.
Mengingatkan aku padamu, pada hujan dan jarak di antara kita.

"These days I haven't been sleeping,
Staying up, playing back myself leavin"



Aku masih merindukanmu.
Tapi kau tak mungkin kembali lagi. Jarak itu jauh membentang di antara kita.

And when I miss U
I go back to December all the time.
All the time.

Mengenang Desember dua tahun lalu bersamamu,
Langit Putera R.

Lirik Lagu Back To December by Taylor Swift


I'm so glad you made time to see me.
How's life? Tell me how's your family?
I haven't seen them in a while.
You've been good, busier than ever,
We small talk, work and the weather,
Your guard is up and I know why.
Because the last time you saw me
Is still burned in the back of your mind.
You gave me roses and I left them there to die.

So this is me swallowing my pride,
Standing in front of you saying, "I'm sorry for that night,"
And I go back to December all the time.
It turns out freedom ain't nothing but missing you.
Wishing I'd realized what I had when you were mine.
I'd go back to December, turn around and make it all right.
I go back to December all the time.

These days I haven't been sleeping,
Staying up, playing back myself leavin'.
When your birthday passed and I didn't call.
And I think about summer, all the beautiful times,
I watched you laughing from the passenger side.
Realized that I loved you in the fall.

And then the cold came, the dark days when fear crept into my mind
You gave me all your love and all I gave you was "Goodbye".

So this is me swallowing my pride
Standing in front of you saying, "I'm sorry for that night."
And I go back to December all the time.
It turns out freedom ain't nothing but missing you,
Wishing I'd realized what I had when you were mine.
I'd go back to December, turn around and change my own mind
I go back to December all the time.

I miss your tanned skin, your sweet smile,
So good to me, so right
And how you held me in your arms that September night –
The first time you ever saw me cry.

Maybe this is wishful thinking,
Probably mindless dreaming,
But if we loved again, I swear I'd love you right.

I'd go back in time and change it but I can't.
So if the chain is on your door I understand.

But this is me swallowing my pride
Standing in front of you saying, "I'm sorry for that night."
And I go back to December...
It turns out freedom ain't nothing but missing you,
Wishing I'd realized what I had when you were mine.
I'd go back to December, turn around and make it all right.
I'd go back to December, turn around and change my own mind

I go back to December all the time.
All the time.

Minggu, 29 Desember 2013

Nggak Masalah MIPA atau SOSIAL, yang Penting dari Hati

[*Post ini ditulis di awal Agustus 2013 dan lama tersimpan di DRAFT]

Hai All!
Lebih dari seminggu sudah gue resmi menelantarkan blog gue ini.
Yeah, hari-hari kemarin berlalu begtu saja dan tiba-tiba aja seminggu berlalu. Tiba-tiba aja Juli pergi dan berlalu menyisakan bulan ke delapan untuk gue -dan elo- jumpai.

Kayak yang gue selalu bilang sekarang gue udah SMA. Paling enggak secara fisik, soal mental kayaknya gue masih harus upgrade skill biar pantes dibilang anak SMA.
Menurut gue diantara angkatan-angkatan akademis yang pernah ada di jagat pendidikan bumi indonesia, tahun gue selalu jadi tahun susah. Kenapa? Karena kami selalu jadi kelinci percobaan sistem pendidikan yang makin lama makin nggak jelas arahnya ini. Jadi tikus laboratorium perubahan sistem pendidikan atas nama 'demi yang lebih baik'.

Bullshit -_-
*ampuniaku

Jaman kelas 6 SD dulu entah karena apa, tahun gue jadi tahun dengan nilai UN paling rendah dalam sejarah per-UN-nan. Bedewe, emang udah gosip bersama kalo angkatan ganjil tu hasil rerata UNnya lebih rendah dari angkatan genap. Jadi nilai 27 di tahun 2013 itu setara nilai 28 di tahun 2012, semacam itu deh. Sejauh ini sih kelihatannya bener.
Jaman gue kelas 9 SMP kemarin UN dibikin 20 paket dengan banyak masalah yang mewarnai kayak LJK yang terlalu tipis, penundaan UN karena keterlambatan soal and so on.
Dan sekarang giliran gue udah keterima di SMA, kurikulum baru resmi diluncurkan.

Please Welcome KURIKULUM 2013 *plokplokplok

 

Biar gue jelasin sedikit, kurikulum ini sebelas-dua belas sama anak kuliahan. Dari awal kita langsung dijuruskan. Ada tiga penjurusan di kurikulum baru ini.
Jurusan IPA yang namanya jadi MIPA
IPS yang jandi IIS (Ilmu-Ilmu Sosial)
dan BAHASA yang sekarang -biar lebih mentereng- jadi BAHASA DAN SASTRA.

Jadi tiga tahun lo di SMA itu bener-bener spesifik.
Materi pembelajaran digolongkan menjadi 3.
1. WAJIB : Ini adalah bidang studi yang kudu diambil semua jurusan karena sifatnya yang multiguna, universal, atau bersifat kebangsaan semacam Matematika, Sejarah, Pkn, Bahasa Inggris, Indonesia and so on
2. MINATAN: Lebih spesifiknya ini adalah bidang studi guna memperdalam jurusan yang udah kita ambil dan tiap-tiap jurusannya berbeda. Kalo lo anak MIP berarti lo kudu ambil Kimia, Biologi, Fisika, Matematika. IIS minatannya Geografi, Sejarah, Bahasa (kebetulan kelas gue milihnya Jerman), Ekonomi, Akuntansi). Sedang untuk jurusan BAHASA DAN SASTRA gue juga nggak begitu tau karena ini jurusan nggak ada di sekolah gue. Yang jelas mereka ngambil bidang studi bahasa lebih banyak dan variatif dibanding dua jurusan yang lain.
3. Dan yang terakhir adalah LINTAS MINAT : A.k.a bidang yang lo mau ambil di luar jurusan yang lo pilih. Di sinilah anak MIPA di beri kesempatan buat sama-sama belajar ekonomi, sejarah, Jerman, dll. Anak IIS juga bisa ngambil matematika, antropologi, dll. Kita bebas milih mau ngambil bidang studi apa tapi cuma boleh 2.
Efek samping pembagian ini adalah satu pelajaran jadi seolah ada dua. Sama-sama matematik tapi kalo ujian dan tes ada dua kali. Matematika Wajib dan Matematika Minatan. Sejarah, Ekonomi, dan bahasa juga gitu.

Hmmmmm...

Kalo beberapa dari lo sesama anak SMA yang juga baru menginjak kelas X mbatin 'Kok gue enggak gitu ya?' jangan heran.

Karena seperti namanya -kurikulum ini baru percobaan- dan hanya sebagian kecil sekolah yang ditunjuk pemerintah untuk melaksanakan kurikulum baru ini. sialnya untungnya sekolah gue termasuk salah satu dari sedikit yang ditunjuk untuk melaksanakan kurikulum baru ini.

Temen-temen gue kebanyakan masih duduk di kelas X adem ayem belum dijuruskan, sementara gue -dan sesama kelinci lainnya- udah penjurusan bersamaan dengan kakak kelas gue yang kelas XI.
Waouw!

Daaaaannn... prodi yang gue ambil adalah SOSIAL.
Sebagian dari elo mungkin berteriak heran 'Whaaat?? SOSIAL?'
atau malah mikir 'Ternyata ini orang nggak cukup pinter buat masuk MIPA."

Yah, gue cuma bisa ngelus dada sambil muter mata ke kanan kiri menghembuskan nafas prihatin. Nggak, gue nggak meratapi nasib, gue kasihan sama elo-elo yang masuk kategori manusia di atas.
Kagak, bercanda gue. Intinya gue masuk sini karena demen abis dah. Satu-satunya yang bikin gue berat nggak milih MIPA cuma satu, BIOLOGI. Terlepas dari tetek bengek urusan Fisika, Kimia, blablabla, gue suka banget. Cinta setengah mati sama Biologi. Dan dengan ngambil IIS, gue nggak bakal ketemu dia. Bahkan dalam lintas minat sekalipun.

Ini dia nih yang disebut Opportunity Cost, dimana sebuah pilihan mengandung harga resiko/pengorbanan *ekonomi mode on*
Di SMA gue, SMA N 3 Yk, Kelas sosialnya cuma satu dari tahun ke tahun. Karena emang yang masuk ke SMA 3 kebanyakan mereka yang pengen jadi dokter, atau jurusan MIPA lainnya waktu kuliah nanti. Paling sedikit baik kelas (cuma satu) dan jumlah murid (cuma 19 boooo). Nggak kayak SMA lain yang paling engga ada 2 kelas.

Banyak banget orang yang masih bertanya-tanya sampe sekarang. 'Masuk IPS mau jadi apa?'
Kenyataannya sebagian besar orang di Negeri Makmur Gemah Ripah Loh Jinawi buat yang punya uang ini masih menganggap
MIPA is numero uno, kalo nilai lo rendah dan dirasa nggak mampu ngikutin pelajaran baru deh lo masuk SOSIAL.
Pikiran ini menurut gue salah. SALAH BANGET.

Hey, minat orang itu beda-beda. Passion orang itu beda-beda.
Nggak berarti anak MIPA itu smart dan anak SOSIAL itu nggak cerdas. Begitupun sebaliknya. MIPA atau SOSIAL, tingkat kecerdasan dan keberhasilan seseorang itu nggak ditentukan berdasarkan penjurusan lo itu.
Semua tergantung pada masing-masing pribadi. Gitu sih kata Bapak gue.

FYI kurikulum 2013 ini jalurnya lurus. Kalo lo dari MIPA nggak bakal dapet undangan ke HI, FEB atau prodi kuliah sosial lain. Berlaku juga untuk anak IIS yang nggak bakal dapet undangan di kedokteran.

Ceritanya awal-awal masuk dulu gue sempat bimbang *ceilah*
Tiga tahun masa SMP gue nggak pernah punya sebersit keraguan kalo gue bakal ngambil jalur SOSIAL di SMA yang otomatis berlaku juga di Perguruan Tinggi.

Tapi semua berubah ketika negara api menyerang.
Nggak deng.
Semua berubah seminggu sebelum PPDB atau gampangnya seleksi masuk SMA. Tiba-tiba gue mulai terpengaruh sama kata temen, kata keluarga besar, kata guru yang kebanyakan bilang 'masuk MIPA aja'

Apalagi begitu hasil NEM gue keluar dan nilainya ternyata lumayan bagus kalo di teropong dari Mars dan gue keterima di SMA yang notabene lulusannya tahun ini 40% diterima di kedokteran.

Tapi akhirnya gue sadar kalo gue lebih enjoy belajar di kelas Sosial yang penuh dengan diskusi tanpa ujung dari berbagai aspek kayak Sejarah, Ekonomi, Kebangsaan, Politik dsb daripada nyari massa benda atau ngamat-ngamatin tabel periodik.
That's all...

Temen-temen gue di IIS orangnya juga seru, asik-asik, unik-unik, dan sama nggak beresnya sama gue *ehem

Dan gue cukup beruntung karena Bapak Ibu tercinta gue 100% support pilihan ini. Beberapa temen gue harus berurusan dengan orang tua dan bersitegang cukup lama karena pilihan ini. Beberapa bahkan tetap bertahan di IPA karenanya.

Betapa bersyukurnya gue punya orang tua super baik dan super demokratis dan tahu kalau anaknya bisa mati merana kalau ditaruh di MIPA.
Wkwkw

"Nggak masalah mau IPA atau SOSIAL, yang penting dari hati, Bapak nggak bakal ngelarang-larang kok,"

Kata-kata malaikat Bapak gue ini nggak bakal gue lupain dah.....

Nah, ini gue, gimana dengan elo kawans? :3
 

Sabtu, 28 Desember 2013

It's a Big La La La~`

Halo duniaaaaa~`

Lama banget udah nggak nge-post di blog lapuk satu ini.
Dan sekali lagi ini blog udah ganti url lagi dari lintangbintang127.blogspot.com jadi venuzvenus.blogspot.com
Layoutnya juga lebih sederhana dan enak dibaca daripada yang sebelumnya (yaelah, emang ada yang baca?)

Tahun pertama di SMA berjalan dengan super padatnya, dan alhamdulillah sudah berlangsung setengahnya.
Yep, satu semester berlalu sudah.
Dan hari ini rapor itu dibagikan *sing....*

Okeee, nilai, rapor, atau entah apalah itu sekarang jadi topik yang paling pengen saya hindari *ehem* If you know what I meant :[
Dan yah, rapor ini berbeda dari rapor-rapor yang sudah ada *kalau masih bisa di bilang rapor*
SMA N 3 Padmanaba Yogyakarta, seperti halnya SMA N 1 Yogyakarta, SMA N 2 Yogyakarta, dan SMA N 8 Yogyakarta merupakan SMA percontohan untuk kurikulum baru tercinta kita: KURIKULUM 2013.Kurikulum di mana anak SMA polos unyu-unyu nan lugu seperti saya *muntah* diharuskan penjurusan sejak kelas X. Sekilas info saya memilih prodi IPS yang berkat kurikulum 2013 namanya berubah menjadi IIS (Ilmu-Ilmu Sosial).

Banyak banget yang bilang kurikulum ini udah kayak anak kuliahan aja.
1. Dari segi pembelajarannya yang udah student basic alias kita sebagai siswa  dituntut aktif dan guru hanya fasilitator. Diskusi lalala lilili nggak jelas, worksheet, presentasi, dan tugas-tugas seabrek lainnya.
2.  Dari segi materi pembelajaran, bisa dibilang lebih cepet dibanding kurikulum 2006. Gampangannya kita belajar materi yang sama dengan kakak-kakak kelas XI dan XII.
3. Dari segi penilaian dimana nilai karakter, keaktifan dan ke-kritisan dalam mengikuti baik pelajaran di kelas, di luar kelas, dan ekstrakulikuler jadi titik vital dan bukan hanya nilai tambah

Seperti yag saya singgung di atas. Rapornya kurikulum tercinta kita yang sudah berjalan satu semester ini juga berbeda bung! Lupakan nilai-nilai 7,8,9 koma sekian itu...
Di sini kita pake IP (Indeks Prestasi) per mapel dengan IP maksimal 4,00 (ini dia yang paling mirip sama anak kuliahan)
Persis deh kayak rapornya mahasiswa.

Jangan tanyakan IP ke saya oke? Apalagi untuk matematika, pliss.
Fyuhh, itu dia sekilas tentang akademis di awal semester.

[TOPIK AKADEMIS DICUKUPKAN SAMPAI DI SINI]

Thans god, berlalunya masa penerimaan rapor= libur di mulai= dada rutinitas = hello journey XD
Thanks GOD, berkat liburan, akhirnya ada juga waktu untuk post di blog ini Huhuhu *nangisharu*

Happy Holiday All!!! Be ready for 2014!!

Rabu, 07 Agustus 2013

Buat Mereka Main-main, Buat Gue Ini Serius

Gue selalu percaya tiap orang punya hal penting dalam hidupnya.
Sesepele apapun.

Seperti anak kecil tetangga gue yang tiap hari selalu main mobil-mobilan di depan rumah.
Kerap kali gue mendengar ibu si anak berteriak kesal keluar dari dalam rumah sambil berusaha menarik anaknya masuk.
"Ryan, kerjaanmu kok cuma main aja,"
Seperti kata seorang motivator handal negeri ini "Jangan sepelekan hal apapun yang dilakukan anak anda. Buat anda mungkin sepele, tapi buat dia itu hal yang amat berharga. Yang dikerjakan dan dijaganya dengan hati-hati."
Emang bener, apa lagi yang bisa dikerjakan anak umur empat tahun? Bermain adalah tugas mereka.
Buat kita mungkin Ryan cuma main mobil-mobilan. Tapi bagi dia mobil-mobil itu bahkan bisa lebih penting daripada berita kenaikan BBM atau anjloknya saham.

Kayak gue, ngurusin ini blog, buat gue ini serius.
Nggak, bukan kategori serius yang bikin spaneng.
Ini serius, gue nikmatin. 
Kadang gue hanya menulis asal lalu di-post, kadang gue riset tentang tema yang pingin banget gue tulis dan berakhir tersimpan sebagai draf.
Gue tau tulisan gue emang nggak bagus dan masih jauh dari kata terstruktur. 
Yeah, gue sadar dalam hal ini gue amatir tingkat akut. Well, tapi paling enggak gue udah memulai.

Buat gue ini serius, buat gue ini penting. Buat orang itu, ini main-main. Malam-malam sepi yang gue habiskan dari jam 9-11 malam ini nggak ada gunanya dan hanya iseng. Yang ada gue (pasti) kena damprat dan adu urat masalah penting-nggak penting-serius-atau-iseng.

Gue nggak ambil pusing soal pendapat, cuma, alangkah baiknya kalo kita jangan sampai menginterupsi, hal -sesepele apapun itu- penting orang.

Lo cukup simpan pikiran-pikiran random lo, atau lo cukup tulis aja di diary, di blog, dan biarkan dia menuntaskan apa yang jadi kewajiban pribadinya sebagai makhluk tuhan yang butuh eksistensi.

Minggu, 21 Juli 2013

Dewa Hitamku #1: Mata yang Menyapu Segala

"Oh, ayolah," aku memutar mata kesal menatapmu yang hanya memiringkan kepala. Ujung bibirmu kau tarik ke satu sisi menciptakan senyum sinis itu lagi.
Tanganmu bersedekap erat seiring bibirmu yang terbuka.
Aku tahu ini tandanya.
Pembicaraan serius itu mengalir lancar dari bibirmu, tak memberiku celah untuk sekedar menanggapi apalagi bercerita.
Kata-kata tajam itu hanya membuatku meneguk ludah gugup.
Aku menggeser posisi dudukku.
Siang sudah beranjak naik, dan pembicaraan yang lebih banyak menyakiti hatiku itu terus saja kau lanjutkan.
Tak tahukah kau aku sudah lelah? Lelah dengan hubungan kita yang hanya seperti ini.

Pikiranku melayang mengingat awal pertemuan kita dulu. Ya, kau memang sudah begitu. Wajahmu yang tampan itu selalu serius menatapku. Bibirmu yang indah hanya mampu mengucapkan kata-kata pedas untukku. Dan tatapanmu... Dingin seperti biasa.

"Hei.." Suara bassmu yang dalam membuatku tersadar.
"Ya.." Aku tersenyum lesu.
"Kamu pucat. "

Aku tersenyum. Tentu aku tahu, kamu tidak kejam, tidak dingin, dan bukannya tak berperasaan seperti kata mereka. Matamu yang lembut, senyummu yang indah, kata-katamu yang menenangkan, semua tersembunyi di balik topeng besi yang susah payah mati-matian kau pasang. Terlebih saat bersamaku, walau kau tak ingin.

Kamu menatapku lagi. Tatapanmu dingin, tapi aku tahu ada kehangatan yang tersembunyi di baliknya. Tatapan yang menyapu segalanya. Hanya lurus menatap mataku tanpa benteng pertahanan dan mengunciku begitu lama di dalamnya.

Dan kau selalu suka menatap langsung mataku lama-lama.
Wahai mata yang menyapu segala

Sabtu, 20 Juli 2013

Dewa Hitamku Yang Mempesona

Kau pandang aku dari balik bingkai
Lurus dan apa adanya
Matamu intens menatapku dan tak berpaling

Ada kegarangan dan kebuasan
Sedikit kemarahan yang disertai niat baik ada dalam matamu

Seiring kata-kata terangkai dari bibirmu
Pedas, tajam, lugas dan jujur
Khas kamu sekali

Kau tersenyum,
Bibirmu kau tarik seengah senti ke satu sisi
Senyummu sinis

Kau Dewa Hitamku

Dan kusadari aku telah jatuh

Rabu, 10 Juli 2013

Let It Be The Normal PEDEKATE

THE 180 DEGREE DIFFERENT STEREOTYPE BETWEEN BOYS AND GIRLS IN PEDEKATE:

PRINSIP DASAR:
Boys are simple
Girls are complicated

#1 Boys: Kenapa cewek selalu ribet ngurusin satu jerawat padahal menurut gue nggak ngaruh apa-apa. Gue tetep suka aja kok sama dia. That's not the big issue.
#1 Girls: Kenapa jerawat ini muncul di tempat yang keliatan banget? Gimana kalo dia jadi nggak suka dan batal PDKT sama gue?

#2 Boys: Ketika cewek cerita masalah  mereka lewat message berkepanjagan sebenernya ini yang ada di benak mereka-->>Kenapa cewek suka curhat aneh-aneh seolah dialah korban dan paling menderita di dunia? Aduh, udah dong,lama-lama bosen juga ngirim pesen 'sabar ya', 'tabah ya'. See?
They doesn't really care about you,they just pretend to care,girls!
#2 Girls: Cewek kalo ngirim pesen, kadang @L@Y nya kumat. Bahkan kadang mereka mengarang cerita atau mendramatisir masalah untuk diceritakan ke gebetan karena mereka pikir-->> Cowok akan peduli dan jadi lebih dekat sama kita karena curhatan kita. They just want someone to care about them, boys! Pendeknya: CAPER.

PDKT udah lama, intens pula. Tapi ga jadian-jadian. This is the problem:

#3 Boys: Sebenernya itu cewek beneran suka gue apa enggak? Perasaan kita udah deket banget, tapi dia selalu ngeles kalo gue tanya. Gue jadi bingung mau nembak dia atau engga.
#3 Girls: Duh, itu cowok kok nggak peka. Gue kan udah kasih sinyal, masa dia nggak tahu gue suka sama dia. Mestinya dia lebih ngerti dan ambil inisiatif dong. Masa ceweknya yang agresif?

#4 Boys: Melihat cewek lewat indra pengelihatannya
#4 Girls: Melihat cowok dari indra pendengarnya

#5 Boys and Girls: They both just want someone to fill their vacancy,


Senin, 08 Juli 2013

Ramadhan = Kelayapan

First, HAPPY FASTING DAY ALL!!
Thanks GOD, tahun ini juga gue diperkenankan bertemu dengan Ramadhan.
Beberapa memulai puasa hari ini, sebagian kemarin, dan gue baru mulai puasa besok.
Yeah, sama kayak pemerintah dan NU.

Artinya, nanti malam akan jadi terawih pertama gue tahun ini. Dan Ramadhan selalu jadi bulan penuh kenangan buat gue.
Buat orang-orang yang jam malamnya dibatasi kayak gue, Ramadhan adalah bulan paling sophisticated dalam setahun.
You know why? Cuma pada bulan ini gue bebas keluar rumah malem-malem tanpa harus ngeles ini itu. Lo tinggal bawa aja sarung atau mukena begitu adzan Isya' berkumandang dan orang serumah hampir bisa dipastikan mikir lo terawih.
Nggak men! Pikiran ini (menurut gue) salah banget. Pikiran kayak begitu cuma melahirkan pembangkang-pembangkang kayak gue. Tiap malem bkannya terawih, malah kelayapan.
Ini juga salah satu alesan kenapa gue nggak pernah mau terawih bareng orang rumah atau di komplek gue. Di samping nggak keren (menurut gue) juga ngga bebas.
Gue nggak tahu pastinya kapan, tapi sejak gue pertamakali keluar rumah buat terawih, gue udah menjalani segala macam bentuk kelayapan.

Waktu TK:

Setengah jam sebelum terawih gue udah keluar rumah. Berhubung jaman itu anak-anak kecil belum kenal internet dan handphone, biasanya gue (sebagai anak kecil jaman itu) pergi ke rumah seorang teman yang paling dekat.
Temen gue yang rumahnya paling deket itu si Zilla *nama disamarkan* punya pager hijo tinngi yang berat banget di dorong anak seumuran gue. Jadilah dengan suara cempreng khas bocah gue teriak dari depan pager.
"Zillaaa! Tarawih yuuk!" persis kayak iklan-iklan jaman sekarang. Kalo si Zilla ato Kakaknya, ato Mama Papanya belom ada yang nyahut, gue teriak lagi. Kali ini dengan tingkat kekerasan berdaya hancur yang lebih tinggi.
"Zillaaaaa!! Ayok teraweeeeehhh!!!" Begitu berulang-ulang sampai dia keluar nenteng mukena hijau rendanya.
Lalu kami bersama-sama pergi mencari rumah terdekat lagi. Lalu pola di atas akan berulang.
Kami ke masjid, tapi nggak ada satupun yang benar-benar datang untuk terawih. Seinget gue, yang ada cuma saling sikut sambil cekikikan. Ruku' sambil gandengan tangan, dan sujud sambil tendang-tendangan.
Terus ujung-ujungnya makan snack yang udah kita beli atau siapin dari rumah sementara orang-orang dewasa yang lain sholat. Dan sebelum terawih benar-benar selesai, gue and the gank udah ngacir aja keluar. Beli mercon terus dar der dor-an rame-rame. Habis itu petak umpet, Pak Sekong, Kucing-kucingan, etc jadi game penutup.
Oke, nggak semua anak badung kayak gue. Sebagian yang lain (diluar komplotan gue) biasanya pergi bareng Kakak, Bokap, Nyokap, ato Tantenya. Ikut terawih dan hanya duduk anteng kalo ngerasa udah bosen atau nggak kuat solat segitu banyaknya. Lalu pulang ke rumah atau memilih tadarus di masjid.
Dan gue...
Nggak termasuk di dalamnya.

Waktu SD & SMP:

Tingkat kebadungan dan jiwa pemberontak gue jauh lebih besar daripada jaman TK dulu. Masih nggak ngerti internet dan pentingnya HP, gue and the gank kayak pas TK dulu, melakukan hal yang sama. Bedanya, kadang-kadang, gue and the gank bahkan nggak menginjakkan kaki di mesjid sama sekali dan makin gila main mercon. Uang saku gue jaman itu cuma habis buat dar-der-dor-an.
Makin gede, sekitar kelas 6 SD temen-temen gue sekomplotan entah karena mulai tobat atau takut kena marah, berangsur-angsur menyusut. Gue enggak pernah ambil pusing.
Well, waktu itu gue udah punya satu temen yang hobi kelayapan, badung, dan pemikirannya persis. Sebelas-duabelas sama gue. Namanya Han.
Terawih kita jarang banget di masjid deket rumah. Alesannya biar nggak ketemu orang rumah. Segala jenis masjid mulai dari seberang kampung, sampe masjid kampus udah kami jelajahi pada masa itu.
Kalo lagi bosen menjelajah masjid, gue ama Han cuma mampir burjoan. Pesen indomie telor sama es teh lalu ngobrol sampe waktu terawih berakhir.
Atau gue ama Han pergi ke rental komik. Baca komik sampe puas dan pinjem beberapa komik untuk di bawa pulang. Dan ketika gue pulang, orang serumah nggak ada yang curiga. Semua mengira gue terawih.
Dari tahun ke tahun, tempat ngelayap gue ama Han makin luas. Banyak tempat yang udah kita jelajahi.
Lo lo pasti tau, setiap romadhon selalu diagi buku yang isinya mengabsen semua ibadah kita di bulan ramadhan. Weeezz, udah kayak checklistnya malaikat rakib aja itu buku.
Isinya: Apa lo solat lima waktu? Apa lo puasa? Apa lo tadarusan? Apa lo sholat jumat? Apa lo terawih? Ikut witir ga? Isi ceramah subuh n pas terawih tadi apa? Yah semacam itu lah. Dan kesemuanya butuh tanda tangan.
Gue, sebagai salah satu penganut rezim klayapers udah tentu menolak besar keberadaan ini buku satu. Segala cara mulai dari nyalin tempat temen, ngarang isi, sampe pemalsuan tanda tangan udah gue coba. Tapi pada akhirnya, sampe tulisan ini gue terbitkan di blog, belum pernah gue ngumpulin itu buku satu.
Tapi makin gede, dikit-dikit gue udah mulai tobat kok. Ngikut sholat walau males dan nguap mulu, tadarus kadang-kadang, yah, bener-bener terawih maksud gue.
Apalagi tahun ini gue udah resmi jadi anak SMA. Malu dong kagak terawih.
Gue harap Romadhon tahun ini akan jadi berkah buat semua orang dan gue makin rajin sholat.
Satu yang tidak akan berubah dari Romadhon kemarin, tahun ini dan yang aan datang.
Yeah, hobi kelayapan gue. Cuma waktunya aja yang geser jadi sehabis terawih. Berhubung jam malam gue udah lebih longgar. Hehehe

That's all, HAPPY FASTING DAY ALL!!
MARHABBAN YA RAMADHAN :D

-LINT-

Rabu, 03 Juli 2013

Prologue: Not an Ordinary Things

This is the beginning, I know it'll be so boring since you write this so-so prologue.
Just write whatever you want. Don't stop, and let mee see it till three years since now!

Regards
My Self