Minggu, 21 Juli 2013

Dewa Hitamku #1: Mata yang Menyapu Segala

"Oh, ayolah," aku memutar mata kesal menatapmu yang hanya memiringkan kepala. Ujung bibirmu kau tarik ke satu sisi menciptakan senyum sinis itu lagi.
Tanganmu bersedekap erat seiring bibirmu yang terbuka.
Aku tahu ini tandanya.
Pembicaraan serius itu mengalir lancar dari bibirmu, tak memberiku celah untuk sekedar menanggapi apalagi bercerita.
Kata-kata tajam itu hanya membuatku meneguk ludah gugup.
Aku menggeser posisi dudukku.
Siang sudah beranjak naik, dan pembicaraan yang lebih banyak menyakiti hatiku itu terus saja kau lanjutkan.
Tak tahukah kau aku sudah lelah? Lelah dengan hubungan kita yang hanya seperti ini.

Pikiranku melayang mengingat awal pertemuan kita dulu. Ya, kau memang sudah begitu. Wajahmu yang tampan itu selalu serius menatapku. Bibirmu yang indah hanya mampu mengucapkan kata-kata pedas untukku. Dan tatapanmu... Dingin seperti biasa.

"Hei.." Suara bassmu yang dalam membuatku tersadar.
"Ya.." Aku tersenyum lesu.
"Kamu pucat. "

Aku tersenyum. Tentu aku tahu, kamu tidak kejam, tidak dingin, dan bukannya tak berperasaan seperti kata mereka. Matamu yang lembut, senyummu yang indah, kata-katamu yang menenangkan, semua tersembunyi di balik topeng besi yang susah payah mati-matian kau pasang. Terlebih saat bersamaku, walau kau tak ingin.

Kamu menatapku lagi. Tatapanmu dingin, tapi aku tahu ada kehangatan yang tersembunyi di baliknya. Tatapan yang menyapu segalanya. Hanya lurus menatap mataku tanpa benteng pertahanan dan mengunciku begitu lama di dalamnya.

Dan kau selalu suka menatap langsung mataku lama-lama.
Wahai mata yang menyapu segala

Tidak ada komentar:

Posting Komentar