Obrolan tentang dua sahabat karib perkopian ini berlangsung
di suatu malam di ruang makan antara saya dan Ang. Jaman itu saya sedang ujian
sekolah dan Ang libur semingguan lebih. Walaupun SMA kita beda, tapi jadwal
sedaerah sama semua.
Ceritanya Ang habis pulang dari ditraktir temennya makan di
kafe. Karena kafenya emang spesialis kopi, jadilah dia pesen kopi di sana.
Berhubung tuh makhluk satu ga dong plonga plongo soal kopi jadilah dia dia
menerapkan metode gambling yang sering saya pakai kalo lagi ulangan matematika.
LIHAT YANG AURA HURUFNYA PALING BERSINAR. Jadilah dia memilih nama (yang
menurut Ang) paling ucul *dibaca terbalik.red*.
Pilihannya jatuh kepada MACHIATO (sampai disini penggemar kopi pasti sudah bisa menebak arah tulisan).
Pilihannya jatuh kepada MACHIATO (sampai disini penggemar kopi pasti sudah bisa menebak arah tulisan).
Firasat jelek mulai menjadi nyata bersamaan dengan kopi yang
disajikan dengan cangkir yang super duper mini. Dan saya mengalaminya tepat
setahun sebelum Ang. Ditraktir temen juga. Dan saya teringat dengan kata-kata
Ang malam itu.
“Tapi aku masih bersyukur Kak. Temenku yang nggak dong juga,
pesennya espresso. Dan itu setengah porsinya Machiato. Mana warnanya solid
black lagi.” Saya tersenyum. Mengingat pilihan kopi saya setahun lalu.
Dan ya, ini pesan moral bagi kalian-kalian yang nggak ngerti
tentang kopi. DON’T JUDGE COFFE BY ITS NAME.
Tampilan princess rasa rambo kan kecewa lu
nanti.
nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar